Jouska
"Seharusnya aku menghentikannya!" aku meneriaki diriku sendiri di dalam kepala ini.
"Tidak! jika aku mencoba untuk membelanya mungkin Baek Na ra juga akan melakukan sesuatu padaku" sisi ku yang lain membela diri.
"Tapi apa dia berani melakukan itu kepada bintang kelas sepertiku? seharusnya aku menyelamatkan Jang Su Yeong"
"Tidak tidak! popularitasmu bisa saja tidak berguna dihadapanya. bahkan hal terburuknya bisa saja aku menjadi target selanjutnya"
"Tapi setelah melihat itu kemudian pergi rasanya aku memang bersalah"
"Aaarrghh kenapa aku seperti ini? apa yang harus kulakukan?"
Yah... aku terus menyalahkan sekaligus membenarkan perbuatanku sendiri hari ini. Hal itu terus ku lakukan sepanjang malam hingga kelelahan dan tertidur lelap.
Pagi ini aku menjalani aktifitas seperti pada hari biasanya. Namun sedikit berbeda karna raut kegundahan selalu datang setiap kali mataku melihat sosok Jang Su Yeong. Setiap kali aku merasakan itu aku hanya berkata pada diriku "baiklah mari kita minta maaf padanya nanti".
Waktu berlalu dan kini kami berada pada jam istirahat. Saat hendak meminta maaf aku melihat Su Yeong keluar dari kelas dengan diikuti Baek Na Ra dan dua orang pengikutnya. Melihat itu aku jadi merasa geram.
"Apa aku harus mengikuti mereka?" tanyaku pada diriku
"Sepertinya tidak. aku akan berada dalam masalah nanti" sisi pengecut dalam diriku muncul lebih dulu
"Ayolah aku akan terus merasa bersalah kalau tetap seperti ini. Park So ra berpikirlah apa yang harus kau lakukan?"
"Ayo pergi dan temui Su Yeong" tiba-tiba sisi berani ku muncul entah dari mana
"Tidak"
"Ayo pergi"
"Tidak"
"Pergi" aku memejamkan mata dan meremas rambutku kuat karna perdebatan yang kuciptakan sendiri. Aku mencoba menghilangkan suara-suara itu dari kepala hingga akhirnya aku berkata...
"Baiklah, mari temui Su Yeong" aku mengatakan itu dengan lantang.
Banyak mata menatapku spontan. Aku melangkah keluar kelas meninggalkan wajah-wajah bingung itu. Mengejar Su Yeong dan berharap mata si kutu buku itu belum berkaca kaca.
Tepat di luar pojokan gedung sekolah aku menemukan mereka. Kemarin di tempat ini aku menemukan partitur biolaku yang tertiup angin sekaligus menemukan Su Yeong yang tengah dirundung oleh Baek Na ra. Sekarang pun aku melihat hal yang sama, hanya saja aku kemari bukan karna partiturku yang tertiup angin. Kali ini aku datang dengan kemauanku sendiri.
"Hei Jang Su Yeong!" teriakku tiba-tiba sambil berjalan mendekati keduanya. keduanya menoleh spontan ke arahku.
"Ayolah kau bisa melakukan ini. Cukup sedikit menunjukan tampang beranimu dan mari keluar dari situasi ini" aku memberikan sedikit keberanian pada diriku sendiri.
"Bagaimana kalau tidak berhasil?" sisi pengecutku muncul tiba-tiba
"Aarrgghhh aku pasti bisa menghadapi situasi ini" aku terus berjalan dengan menatap Baek Na Ra sambil terus merendam argumen sisi pengecut dalam diriku.
"Apa yang kau lakukan Park So Ra?" tanya Na Ra dingin.
"Sepertinya aku perlu bicara dengan Su Yeong sekarang" jawabku
"Hah! alasan macam apa itu? kau tampak menjengkelkan sekarang" ujar Na Ra sambil melepas jambakannya pada rambut Su Yeong. Dua orang lainnya memegangi Su Yeong. Lalu kemudian ia mulai berjalan mendekatiku.
"Lihat apa yang kau lakukan Park So ra!" sisi pengecutku muncul lagi.
"Tidak! jangan melemah So Ra. Mari terus pertahankan tampangmu" ujar sisi lain diriku
Baek Na Ra berhenti dan menatap tajam kedua mataku.
"Park So Ra kau tidak ada kaitannya dengan ini. Pergilah!" Ucap Na Ra tajam. Aku terdiam dan teringat kalau kemarin dia melihatku menyaksikan dirinya merundung Su Yeong.
"Dia pasti sadar niat awalku" batinku. Tepat setelah itu aku meraih tangan Jang Su Yeong dengan kuat dan menyeretnya berdiri di sampingku.
"Maaf, tapi aku harus membawa Su Yeong pergi. Bukankah kalian sudah cukup melewati batas?!" ucap ku. Terlihat amarah di mata Baek Na Ra.
"wah...aku tidak percaya mengatakan ini pada Baek Na Ra" aku mengagumi diriku sendiri.
"Hei Park So Ra!" Baek Na Ra mencekal pergelangan tanganku ketika aku hendak pergi dengan Jang Su Yeong.
"Oh tidak! bagaimana ini?" aku mulai mengkhawatirkan keadaanku.
"Baek Na Ra!" tiba-tiba suara Na Eumyeong ketua kelas kami yang disegani siapapun terdengar di sana.
"Apa ini? bantuan kah?" aku bertanya tanya pada diriku.
"Hei Baek Na Ra! apa yang kau lakukan? bukankah kepala disiplin sudah memperingati kalian minggu lalu? kendalikan dirimu dan jangan mengusik di kelasku" ujar Na Eumyeong dengan sorot mata yang lebih tajam dari Baek Na Ra.
Baek Na Ra tidak berkutik lalu pergi dengan muka kesal dan diikuti dua pengikutnya.
"Wah...Na Eumyeong memang keren! untung dia ada disini" batinku lalu menghela nafas lega.
"Terima kasih. aku sungguh tidak tahu harus berkata apa lagi" ucap Jang Su Yeong dengan linangan air mata
"Aku minta maaf karna tak cepat menyadarinya Jang Su Yeong. Dan terima kasih Park So Ra. berkat kau berkata lantang di kelas tadi aku menyadari hal ini" Na Eumyeong meminta maaf dan berterima kasih.
"Maafkan aku juga Su Yeong. Seharusnya aku menghentikan Na Ra kemarin, bukan hanya jadi penonton" ucapku
Setelah itu kami bertiga berjalan bersama kembali menuju kelas.
"Waaah...betapa leganya bisa mengakhiri ini. coba saja aku cukup berani kemarin. mungkin hari ini Su Yeong tidak akan dijambak oleh Baek Na Ra. Tidak! bisa saja aku juga ikut dijambak hari ini. Kami berdua beruntung karna Na Eumyeong datang di waktu yang tepat" ujarku sendiri sambil tersenyum.
"Park So Ra kau kenapa?" tanya Su Yeong heran melihatku yang tersenyum sendirian. aku hanya balas menatapnya tanpa berkutik karna aku tak tau situasi ini disebut apa.
"Apa itu?" aku bertanya balik
"Hhmm...singkatnya itu sebutan di saat seseorang melakukan percakapan dengan dirinya sendiri di dalam pikiran" jelas Eumyeong
"Ooo...aku baru tahu" ucapku dan Su Yeong bersamaan. Kami berdua bertatapan kemudian di detik berikutnya kami bertiga tertawa bersama.